Lho, kok bisa? Ya, bisa aja...Misalnya kondisi yang lagi aku hadapi nih...Udah sering lembur kerjaan bahkan di waktu libur, ditambah urusan kuliah satu semester yang perlu konsentrasi ekstra, jelas penat entah sudah berkali-kali kuadrat, wkwkwk...Itu yang bikin aku ngambil cuti rada panjang di liburan akhir taun kemarin...Kurencanakan liburan impian ke salah satu kota wali di tepi pantai selatan. Kali ini liburannya sendirian, sengaja begitu karena tujuannya nggak cuma untuk bersenang-senang, tapi juga melepas beban pikiran yang sudah beberapa lama aku tahan tanpa bahu yang kau pinjamkan, eaeaea...Hahaha, becanda :V
Udara pagi ini terasa berbeda karena aku berada di kota yang berbeda dengan biasanya, Cirebon! Seneng banget akhirnya bisa dapet kesempatan berkunjung ke salah satu kota di Jawa Barat yang terkenal dengan wisata budayanya. Kereta Anjasmoro yg aku naiki dari Stasiun Kroya berhasil membawaku sampai ke Stasiun Prujakan dengan tepat waktu. Finally, there I was, in Kota Udang :") Yeayyy, dua hari ke depan (6-7 Januari 2020) bakal penuh keseruan :)

Stasiun Cirebon Prujakan
Ada dua stasiun kereta di Cirebon, yaitu Stasiun Cirebon Prujakan dan Cirebon Kejaksaan. Aku memilih untuk turun di Prujakan karena stasiun itu berjarak lebih dekat ke destinasi pertama yang aku tuju: tempat sarapan, wkwkwk. Maklum, berangkat jam 4 pagi dari Cilacap jelas nggak ada waktu buat sarapan. Meski ada menu yang disediakan di kereta, rasanya nggak afdol kalo nggak makan kuliner asli daerah. Alhasil, saya pesan ojek online (Grab) ke salah satu rumah amkan nasi jamblang legendaris di sana; Nasi Jamblang Mbak Nur. Sesampainya di rumah makan, sayang banget rumah makannya tutup. Tapi aku nggak nyerah, masih ada tempat lain yang legendaris. Kupesan lagi ojol ke Nasi Jamblang Mang Dul. Nggak sia-sia muter-muter cari makan di pagi-pagi, menunya maknyos! Nasi jamblang yang kupesan berhasil menawar rasa laparku dengan nikmat tiada tara!
Selesai sarapan, aku langsung bergegas ke tujuan pertama di ittinerary yang udah aku susun selama perjalanan di kereta; Keraton Kasepuhan. Kita dapat masuk ke kompleks keraton bersejarah yang dibangun pada tahun 1529 M ini dengan membayar tiket masuk 15 ribu, dan untuk menjelajahi bangunan di dalamnya, kita dipandu seorang guide yang juga merupakan abdi kerajaan dengan mebayar seikhlasnya. Waktu itu saya dipandu Pak Mungal Kartaningrat. Keraton Kasepuhan adalah keraton yang dahulunya adalah kerajaan islam di Cirebon. Bangunan keraton merupakan perpaduan antara budaya hindu dan Islam.
Di kompleks bagian dalam keraton terdapat museum pusaka yang menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan keraton. Menurut informasi Pak Mungal, masyarakat yang berkenan menitipkan senjata atau benda bersejarah di keraton juga diijinkan, masyarakat akan menerima sertifikat kepemilikan dari museum sebagai wujud penghargaan.
Nasi Jamblang Mang Dul yang maknyos
Selesai sarapan, aku langsung bergegas ke tujuan pertama di ittinerary yang udah aku susun selama perjalanan di kereta; Keraton Kasepuhan. Kita dapat masuk ke kompleks keraton bersejarah yang dibangun pada tahun 1529 M ini dengan membayar tiket masuk 15 ribu, dan untuk menjelajahi bangunan di dalamnya, kita dipandu seorang guide yang juga merupakan abdi kerajaan dengan mebayar seikhlasnya. Waktu itu saya dipandu Pak Mungal Kartaningrat. Keraton Kasepuhan adalah keraton yang dahulunya adalah kerajaan islam di Cirebon. Bangunan keraton merupakan perpaduan antara budaya hindu dan Islam.
Gerbang menuju Keraton Kasepuhan
Patung Harimau Putih di taman area utama Keraton kasepuhan
Bagian dalam keraton masih ditinggali oleh keluarga kerajaan dan sultan yang masih aktif hingga sekarang sebagai tamu adat, yaitu Sultan Sepuh XIV; Pangeran Arief Natadiningrat. Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan ijin yang dapat masuk ke bagian dalam keraton.
Bagian dalam bangunan utama Keraton Kasepuhan
Museum Pusaka Keraton Kasepuhan
Koleksi Kereta Paksi Naga Liman, kereta yang digunakan Sunan Gunung Jati
Salah satu koleksi yang populer adalah kereta Paksi Naga Liman yang bentuknya merupakan perpaduan makhluk burung, naga, dan gajah. Kereta pertamanya disimpan di dalam museum dan tidak lagi digunakan, kereta tiruan yang dibuat menyerupai kereta paksi naga liman pertama dibuat pemerintah untuk ritual keraton.
Di seberang keraton terdapat Masjid Sang Hyang Cipta Rasa, masjid tua yang memiliki arsitektur unik karena mendapatkan pengaruh hindu. Saya sampai di masjid sekitar jam 10 pagi sehingga belum masuk waktu shalat. Agak disayangkan karena saat itu ada banyak gelandangan yang beristirahat di dalam kompleks masjid.
Masjid Agung Sang Hyang Cipta Rasa
Bagian Dalam Masjid Sang Hyang Cipta Rasa
Destinasi selanjutnya adalah Keraton Kanoman yang letaknya pun tak jauh dari Keraton Kasepuhan. Keraton Kanoman tidak seluas Keraton Kasepuhan, pengelolaan keraton pun tidak mendapat campur tanhgan dari pihak luar, masih dikelola pihak keraton sendiri.
Bagian dalam Keraton Kanoman
Di samping keraton, terdapat kediaman raja periode saat ini, yaitu Pangeran Patih Kanoman XII (Pangeran Raja Muhammad Qodiran). Dalam kompleks keraton juga terdapat gedung pusaka yang menyimpan benda-benda pusaka keraton.
Gedung Pusaka Keraton Kanoman
Pengalaman saya di Keraton Kanoman, usahakan agar mencari guide kompeten yang biasanya standby di samping gapura keraton. Aku agar menyesal karena salah arah waktu masuk ke kompleks keraton, jadi hanya bertemu dengan ibu-ibu yang biasa membersihkan keraton. Waktu aku tanya mana guidenya, dia langsung menawarkan diri. Sayangnya, dia nggak begitu tahu sejarah keraton. Sedih karena informasi yang didapat tidak terlalu lengkap dan valid.
Selain bangunan utama, dalam kompleks keraton terdapat sumur-sumur keramat yang memiliki mitos tertentu bagi yang percaya. Nggak sedikit orang yang mencari air sumurnya untuk tujuan tertentu.
Setelah puas berkeliling keraton kanoman, aku beranjak ke tujuan berikutnya: Masjid Raya At-Taqwa yang terletak di samping alun-alun Cirebon. Pas banget menjelang waktu dhuhur, jadi sekalian shalat jamaah Dhuhur di sana.
Masjid Raya At-Taqwa Cirebon
Awalnya pengin sekalian ke alun-alun kota, tapi sayang banget alun-alunnya lagi direnovasi, jadi selesai shalat langsung menuju tempat makan siang. Aku pilih Nasi Lengko Haji Barno. Wuih, mantap banget rasa nasi lengkonya. Meski komposisinya cuma nasi, tempe, tahu, tauge, dan irisan mentimun yang disiram sambal kacang, rasanya nikmat abis. Apalagi pake tambahan sate kambing muda yang lembut banget, nyam nyam banget!
Sisa hari pertama aku habiskan dengan beristirahat di hotel. Waktu itu hujan di sore harinya, jadi beristirahat di hotel jadi pilihan terbaik, sembari mengumpulkan tenaga untuk petualangan selanjutnya esok hari!